Pola pembangunan pertanian yang berorientasi produksi di Indonesia mestinya sudah selesai pada tahun 80-an, lalu diteruskan dengan orientasi pasar baik domestik maupun ekspor. Tetapi kita tidak melakukannya dengan baik.
Sementara Negara tetangga seperti Thailand, Korea, China, Taiwan, Filipina, Malaysia telah melakukannya. Kemudian disusul India, Myanmar dan Negara “kemarin sore” Vietnam, juga melakukan pembangunan pertanian yang berorientasi pasar. Mereka sekarang sudah mapan mengatur produksi berorientasi pasar domestiknya plus ekspor sebagai sumber devisa.
Sekarang Indonesia seperti kehabisan akal untuk mengatur produksi, walau hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Tetapi walau sudah cukup terlambat, pola pembangunan pertanian di Indonesia harus diubah untuk berorientasi ke pasar. Utamanya pasar domestik, bersamaan dengan itu kita harus berproduksi berorientasi pasar ekspor.
SUATU PEKERJAAN YANG BERAT, TETAPI HARUS DILAKUKAN.
Pertimbangan kuatnya adalah, karena bidang pertanian menjadi tempat paling banyak bagi masyarakat Indonesia untuk mencari sumber nafkah. Bisnis pangan menjadi salah satu bidang paling baik untuk masa depan, saat penduduk Indonesia bergerak cepat di angka 250 juta lebih saat ini dan penduduk dunia semakin bertambah jumlahnya. Semua butuh pangan, sementara alam semakin terbatas kemampuannya untuk menyediakan. Middle trap income yang mencapai hampir 40% penduduk Indonesia saat ini juga merupakan pasar pangan sangat potensial dan dinamis. Itu berarti bahwa pasar harus menjadi “lokomotif” dari proses pembangunan pertanian.
Pasar sebagai "lokomotif".
Contohnya sudah sangat jelas, pasar sebagai titik awal bisnis. Pasar menjadi lokomotif dalam pembangunan ekonomi, termasuk yang berbasis pertanian seperti di Indonesia. Namun kebaikan pasar akan sangat ditentukan oleh perilaku para pelakunya. Untuk itu ada dua hal besar yang harus dipersiapkan.
Pertama, adanya pasar.
Pasar harus yang baik sebagai tempat nyaman untuk menjual dan membeli barang, didukung oleh pengelola pasar yang baik pula. Sejalan dengan perkembangan peradaban dan petumbuhan penduduk dengan segala aspek kehidupannya. Saat ini diperlukan adanya beberapa jenis pasar yang harus dibangun. Di kota besar, perlu ada pasar induk, pasar kawasan dan pasar lingkungan.
Pasar induk, yang merupakan terminal tempat berkumpulnya produk pertanian dari produsen beroperasi sebagai pasar grosir atau perkulakan bagi pasar kawasan dan pasar lingkungan. Secara fisik harus nyaman, aman dan mudah dijangkau oleh pemasok dan oleh pembelanja. Pengelolaannya baik, melindungi dan mampu mengendalikan pemasok dan pedagang. Berfungsi sebagai sumber informasi pasar yang mudah dijangkau. Berjaringan nasional sehingga mampu melakukan distribusi antar pasar induk dalam waktu cepat untuk menekan disparitas harga tajam.
Untuk berjalannya fungsi dan sistem tiga macam pasar di sebuah wilayah itu perlu ada komitmen dari pemerintah (kota, provinsi & pusat) untuk menata & memfungsikan pasar induk sebagai satu-satunya terminal yang berfungsi sebagai pusat grosir produk pertanian, yang menjadi basis pasar konsumsi, memenuhi kebutuhan industri, bahkan untuk ekspor. Karena pasar induk ini menerima pasokan produk dari daerah, tentu harus dibersihkan dan meninggalkan sampah. Untuk itu, harus ada pengelolaan sampah yang baik. Dengan begitu produk yang keluar dari pasar induk lalu masuk kawasan/lingkungan kota sudah merupakan produk yang bersih.
Karena fungsi pasar induk sebagai “terminal” produk pangan disebuah wilayah yang besar, perlu ada sistem monitoring besarnya barang masuk dan tingkat harga, terutama untuk produk strategis. Data ini merupakan basis analisa penting untuk pengendalian inflasi.
Pasar kawasan beroperasi sebagai pasar eceran plus kulakan kecil disebuah kawasan setingkat kecamatan. Sementara pasar lingkungan, adalah pasar full eceran yang melayani konsumen dalam satuan kelurahan sehingga masyarakat dengan mudah menjangkaunya.
Kedua, pemasok pasar.
Tiada gunanya pasar dibangun kalau tidak ada pemasoknya. Tetapi barang yang dipasok haruslah sesuai dengan permintaan para pembelanja atau konsumen yang mau membeli, pemasok sebelum membawa dagangan ke pasar, perlu pergi kepasar dulu untuk melihat gambaran barang yang dibutuhkan pembelanja, ragamnya, jumlahnya, kelebihan dan kekurangannya, persaingannya dan banyak hal lainnya.
Didunia bisnis produk pertanian pun sebaiknya menggunakan pola itu. Petani/produsen sebaiknya pergi ke pasar induk lebih dulu untuk mempelajari segala hal tentang produk yang dihasilkan. Perlu karena hingga saat ini lebih dari 75% produk pertanian dipasarkan melalui pasar induk. Sisanya dijual kepasar-pasar lain termasuk ke pasar swalayan.
Paskomnas, pelopor pasar induk berjaringan nasional.
Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) dirintis sejak 2003, didedikasikan sebagai pasar induk yang bersih, aman dan nyaman bagi pemasok, pedagang dan pembelanja. Sejak awal Paskomnas berharap para petani produsen dapat memasarkan produknya langsung di lapak-lapak ke pasar induk, sehingga memperoleh harga lebih baik dan pembeli memperoleh barang lebih segar dengan harga yang menarik, selaku pemasok pasar induk petani harus memproduksi jenis komoditi sesuai permintaan pasar, dipasok secara terus-menerus dan dijual dengan harga yang wajar keuntungannya sehingga menarik pembeli.
Agar harga tidak naik turun tajam, harus ada kerjasama dan koordinasi dengan penyelenggara pasar dan dengan para petani produsen yang lain. Tujuannya agar jumlah pasokan sesuai dengan kekuatan pasar.
Dalam perkembangannya, pasar induk sebagai media jual beli grosiran terbuka tetap berjalan. Namun sejalan dengan perkembangan kota yang semakin padat dan kesibukan pembelanja dalam melayani konsumen eceran yang semakin dinamis, Paskomnas membuka slot baru belanja grosiran berbasis online. Pelayanan grosir online ini awalnya dibuka untuk wilayah Jabodetabek dan Surabaya, dan Gresik.
Dengan sistem belanja grosir online ini, pembelanja sayur buah akan terlayani dengan barang yang lebih baik, lebih murah dan hemat tenaga.
Agar para konsumen terlayani dengan baik, Paskomnas bisa bekerjasama dengan "Teman-Teman Paskomnas" di lingkungan pemukiman sebagai mitra turunannya (downline), untuk memasarkan komoditi strategis melalui jaringan paskomnas.com.
Dengan begitu, barang tersedia, konsumen mudah berbelanja dengan harga terjangkau.