Sektor pangan merupakan salah satu bidang yang tak luput dari dampak pandemi di tanah air. Pembatasan kontak fisik (physical distancing) dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menimbulkan berbagai dampak besar pada sektor pangan. Beberapa dampak yang tak dapat dihindari adalah hambatan produksi produk pangan, gangguan pengolahan pangan yang padat karya, serta pemutusan lalu lintas perhubungan dan perdagangan antar bangsa.
Perubahan Prioritas Masyarakat di Masa Pandemi
Sebelum pandemi melanda dunia, masyarakat cenderung memprioritaskan aktualisasi diri dan self-esteem seperti yang tercermin pada puncak piramida Abraham Maslow. Namun, kini pandemi mengubah prioritas masyarakat ke bagian dasar piramida, yaitu pangan, kesehatan, dan keselamatan jiwa raga. Survei Nielsen dan McKinsey di tahun 2020 juga menunjukkan bahwa 49% konsumen mengalihkan kebiasaan makan di luar rumah menjadi aktivitas memasak sendiri. Pengeluaran yang biasa digunakan untuk makan di luar sudah dialihkan untuk belanja bahan makanan dengan pilihan cara belanja yang beragam, yaitu layanan pesan antar online atau supermarket.
Pola Hidup Masyarakat Juga Mengalami Perubahan
Sekarang, pemilihan pangan yang dilakukan masyarakat bukan berdasarkan selera atau keinginan untuk memiliki berat badan ideal, tetapi berdasarkan manfaat kesehatan. Konsumsi bahan makanan sumber protein, sayuran, buah-buahan, dan produk segar lainnya meningkat drastis, dengan rincian konsumsi telur naik 26%, daging unggas 25%, daging 19%, serta sayur, dan buah 8%. Selain itu, konsumsi rempah-rempah yang diyakini efektif menjaga daya tahan tubuh juga turut meningkat drastis. Konsumen juga lebih teliti mempertimbangkan aspek higienitas, kesegaran, keamanan, dan lokalitas (bukan produk impor) saat memilih bahan pangan.
Upaya Diversifikasi Pangan saat Pandemi
Pemanfaatan bahan pangan lokal menjadi solusi terbaik untuk memperpendek rantai pasok sehingga bahan pangan tersebut lebih cepat sampai ke tangan konsumen dan kesegarannya terjaga. Konsumsi bahan pangan lokal yang meningkat di masa pandemi turut mendorong diversifikasi pangan secara masif. Akselerasi diversifikasi pangan membutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari pemerintah, petani, distributor, hingga seluruh lapisan masyarakat. Politik pangan dan kebijakan ekonomi makro juga penting untuk memperkuat keterkaitan hulu-hilir pangan lokal.